Ada beberapa kebudayaan/ adat istiadat bagi suku dayak atau sampit yang
masih terpelihara hingga kini.. kebudayaan yang pertama adalah Upacara Tiwah yang merupakan acara adat suku Dayak atau Sampit. Tiwah merupakan upacara yang
dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke Sandung
yang sudah di buat. Sandung adalah tempat semacam rumah kecil yang dibuat khusus untuk mereka yang sudah meninggal dunia.Upacara Tiwah bagi Suku Dayak sangatlah sakral, pada acara
Tiwah ini sebelum tulang-tulang orang yang sudah mati tersebut di antar dan
diletakkan ke tempatnya (sandung), banyak sekali acara-acara ritual, tarian,
suara gong maupun hiburan lain. Sampai akhirnya tulang-tulang tersebut di
letakkan di tempatnya (Sandung). Sejarah Kota Sampit bisa dilihat disini
Makanan khas kota sampit adalah osengan sayur Kelakai ( entah apa nama latin / ilmiahnya ). Tanaman kelakai ini tumbuh melimpah
berupa semak-semak di sembarang tempat. Terbukanya lahan hutan karena adanya
pemberdayaan lahan di pinggiran kota Sampit membuat kelakai berkembang meluas.
Dari ciri fisiknya kelakai mungkin sejenis tumbuhan paku tumbuh
subur pada lahan gambut. Dari pengamatan, unsur gizi dari kelakai jelas
terlihat pada ibu menyusui. Asi yang dihasilkan lebih berkualitas dan
berlimpah. Hal ini membuat kelakai menjadi makanan yang banyak dikonsumsi
ibu-ibu menyusui. Oseng kelakai sungguh enak dan mempunyai rasa khas dibanding
sayuran umum. Rasanya, menurut pendapat saya, mirip-mirip dengan jamur. Setelah itu ada Pais kunjui. Pais kunjui atau yang lebih kita ketahui dengan sebutan nama
singkong rebus dibungkus dengan daun pisang ini sangat banyak di jual di pinggiran
kota sampit dan sekitarnya.
Ciri Khas kota sampit adalah Taman Kota. Taman Kota sering di gunakan sebagai tempat berkumpul
keluarga oleh masyarakat setempat, & juga di jadikan sebagai tempat event /
acara tahunan, jalan sehat, konser, dll. Jadi tempat ini sudah memasyarakat.
Taman Kota Sampit
Rumah Betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat
di berbagai penjuru Kalimantan, terutama di daerah hulu sungai yang biasanya
menjadi pusat pemukiman suku Dayak, dimana sungai merupakan jalur transportasi
utama bagi suku Dayak untuk melakukan berbagai mobilitas kehidupan sehari-hari
seperti pergi bekerja ke ladang dimana ladang suku Dayak biasanya jauh dari
pemukiman penduduk, atau melakukan aktifitas perdagangan (jaman dulu suku Dayak
biasanya berdagang dengan menggunakan system barter yaitu dengan saling
menukarkan hasil ladang, kebun maupun ternak).Bentuk dan besar rumah Betang ini
bervariasi di berbagai tempat. Ada rumah Betang yang mencapai panjang 150 meter
dan lebar hingga 30 meter. Umumnya rumah Betang di bangun dalam bentuk panggung
dengan ketinggian tiga sampai lima meter dari tanah. Tingginya bangunan rumah
Betang ini saya perkirakan untuk menghindari datangnya banjir pada musim
penghujan yang mengancam daerah-daerah di hulu sungai di Kalimantan. Beberapa
unit pemukiman bisa memiliki rumah Betang lebih dari satu buah tergantung dari
besarnya rumah tangga anggota komunitas hunian tersebut. Setiap rumah tangga
(keluarga) menempati bilik (ruangan) yang di sekat-sekat dari rumah Betang yang
besar tersebut, di samping itu pada umumnya suku Dayak juga memiliki
rumah-rumah tunggal yang dibangun sementara waktu untuk melakukan aktivitas
perladangan, hal ini disebabkan karena jauhnya jarak antara ladang dengan
tempat pemukiman penduduk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar