Laman

Rabu, 13 Agustus 2014

SAMPIT

Ada beberapa kebudayaan/ adat istiadat bagi suku dayak atau sampit yang masih terpelihara hingga kini.. kebudayaan yang pertama adalah Upacara Tiwah  yang merupakan acara adat suku Dayak atau Sampit. Tiwah merupakan upacara yang dilaksanakan untuk pengantaran tulang orang yang sudah meninggal ke Sandung yang sudah di buat. Sandung adalah tempat semacam rumah kecil yang dibuat khusus untuk mereka yang sudah meninggal dunia.Upacara Tiwah bagi Suku Dayak sangatlah sakral, pada acara Tiwah ini sebelum tulang-tulang orang yang sudah mati tersebut di antar dan diletakkan ke tempatnya (sandung), banyak sekali acara-acara ritual, tarian, suara gong maupun hiburan lain. Sampai akhirnya tulang-tulang tersebut di letakkan di tempatnya (Sandung). Sejarah Kota Sampit bisa dilihat disini 

Makanan khas kota sampit adalah osengan sayur Kelakai ( entah apa nama latin / ilmiahnya ). Tanaman kelakai ini tumbuh melimpah berupa semak-semak di sembarang tempat. Terbukanya lahan hutan karena adanya pemberdayaan lahan di pinggiran kota Sampit membuat kelakai berkembang meluas. Dari ciri fisiknya kelakai mungkin sejenis tumbuhan paku tumbuh subur pada lahan gambut. Dari pengamatan, unsur gizi dari kelakai jelas terlihat pada ibu menyusui. Asi yang dihasilkan lebih berkualitas dan berlimpah. Hal ini membuat kelakai menjadi makanan yang banyak dikonsumsi ibu-ibu menyusui. Oseng kelakai sungguh enak dan mempunyai rasa khas dibanding sayuran umum. Rasanya, menurut pendapat saya, mirip-mirip dengan jamur. Setelah itu ada Pais kunjui. Pais kunjui atau yang lebih kita ketahui dengan sebutan nama singkong rebus dibungkus dengan daun pisang ini sangat banyak di jual di pinggiran kota sampit dan sekitarnya.

Ciri Khas kota sampit adalah Taman Kota. Taman Kota sering di gunakan sebagai tempat berkumpul keluarga oleh masyarakat setempat, & juga di jadikan sebagai tempat event / acara tahunan, jalan sehat, konser, dll. Jadi tempat ini sudah memasyarakat. 


Taman Kota Sampit 

Rumah Betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru Kalimantan, terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman suku Dayak, dimana sungai merupakan jalur transportasi utama bagi suku Dayak untuk melakukan berbagai mobilitas kehidupan sehari-hari seperti pergi bekerja ke ladang dimana ladang suku Dayak biasanya jauh dari pemukiman penduduk, atau melakukan aktifitas perdagangan (jaman dulu suku Dayak biasanya berdagang dengan menggunakan system barter yaitu dengan saling menukarkan hasil ladang, kebun maupun ternak).Bentuk dan besar rumah Betang ini bervariasi di berbagai tempat. Ada rumah Betang yang mencapai panjang 150 meter dan lebar hingga 30 meter. Umumnya rumah Betang di bangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga sampai lima meter dari tanah. Tingginya bangunan rumah Betang ini saya perkirakan untuk menghindari datangnya banjir pada musim penghujan yang mengancam daerah-daerah di hulu sungai di Kalimantan. Beberapa unit pemukiman bisa memiliki rumah Betang lebih dari satu buah tergantung dari besarnya rumah tangga anggota komunitas hunian tersebut. Setiap rumah tangga (keluarga) menempati bilik (ruangan) yang di sekat-sekat dari rumah Betang yang besar tersebut, di samping itu pada umumnya suku Dayak juga memiliki rumah-rumah tunggal yang dibangun sementara waktu untuk melakukan aktivitas perladangan, hal ini disebabkan karena jauhnya jarak antara ladang dengan tempat pemukiman penduduk.


 Rumah Betang 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar